Bangka, DiksiNews.com – Direktur PT. Sahabat Mitra Strategis, Nurhaeda BS berterimakasih kepada PT. Bangka Asindo Agri yang telah mengajak dan diberikan kesempatan untuk mencoba produk turunan sagu seperti mie dan makanan lainnya yang di buat oleh UMKM binaan dari perusahaan.
“Itu yang membuat kami tertarik datang kesini, ini adalah salah satu inovasi pangan anak bangsa yang orang banyak belum ketahui bahwa di Pulau Bangka ada pengolahan sagu,” ungkapnya, Jum’at (21/5/2021).
Dirinya juga mempertanyakan bagaimana bisa PT. BAA mempunyai inovasi teknologi pangan sehat tersebut. Melihat dari sisi bisnis, ia katakan bahwa ini merupakan salah satu produk pangan sehat yang harus didukung dan disupport baik dari sisi pengembangan maupun pemasarannya.
“Kami dari PT. Sahabat Mitra Strategis mempunyai jaringan ke tingkat kementerian dan beberapa stakeholder lainnya dimana akan bersama-sama mendukung dan mensupport perusahaan yang luar biasa ini. Dan untuk produk Sago Mee ini rasa dan pengemasannya sudah sangat bagus, yang utama adalah ini jenis mie sehat,” kata Nurhaeda.
Menurutnya bahwa Sago Mee buatan PT. BAA sudah layak untuk dipasarkan di tingkat nasional. Yang mana pihaknya akan menjadi sebagai distributor di Makasar dan Papua.
“Saya berharap PT. BAA akan lebih sukses lagi, produknya bisa bersaing di tingkat nasional. Semoga apa yang telah dilakukan oleh perusahaan ini dapat di cloning di tempat lain, mudah-mudahan pemerintah pusat bisa membantu peluang ini,” jelasnya.
Kemudian, Dosen Pengajar Trisakti School of Tourism dan juga seorang peneliti sagu, Dr Saptarining Wulan MM menyebutkan jika sagu merupakan tanaman asli Indonesia yang belum termanfaatkan secara maksimal. Menurutnya hal itu masih tergantung dari kebijakan pemerintah untuk memanfaatkan sagu yang merupakan cadangan karbohidrat yang sangat besar.
“Kita sebenarnya tinggal ambil saja sagu di ditengah hutan dan memanfaatkannya, kemudian menjadikan sagu tidak hanya menjadi inperior tetapi menjadi superior. Kita harus mengikuti jaman dengan mengolah sagu menggunakan teknologi dan inovasi sehingga menjadikan sagu menjadi produk beras atau mie,” ujar Saptarining Wulan.
Lebih lanjut dia menuturkan bahwa sagu sebenarnya makanan pokok masyarakat Indonesia tetapi sudah ditinggalkan. Ia mengajak kepada seluruh stakeholder untuk melakukan sosialisasi mengenai produk sagu sebagai makanan pokok yang sehat.
“Apa yang telah dikerjakan oleh PT. BAA adalah contoh riil yang sangat bagus sekali, perusahaan ini tidak hanya mempunyai konsep saja tetapi sudah ada buktinya. Kalau orang ingin melihat pengolahan tepung tapioka dan sagu yang zero wise harus kesini, ingin melihat barang teknologi, barangnya dan inovasinya sudah ada semua. Saya optimis PT. BAA akan semakin sukses,” tegasnya.
Sementara itu, Staf Ahli Menteri Bidang Hubungan Antar Lembaga Kementerian Desa PDT dan Transmigrasi RI, Syamsul Widodo menuturkan bahwa tujuan sebentar ke Bangka ialah untuk mempelajari bisnis model untuk sagu dan tapioka. Ia terus mencari badan usaha milik desa bisa terlibat usaha dengan perusahaan seperti PT. BAA.
“Kunjungan ini saya mengajak teman-teman dari pendamping desa dan tenaga profesional yang selama ini menangani badan usaha milik desa agar bisa melihat bagaimana proses industri pengolahan tepung tapioka dan sagu hingga kebutuhannya dari tingkat bawah. Kami berharap BUMDes nantinya bisa terlibat di industri ini, apakah nanti sebagai pengepul ataupun membantu dalam pemasaran,” jelasnya.
Ia katakan saat ini ada sekitar 50 ribuan BUMDes di seluruh Indonesia yang mana bila dimanfaatkan dan akan menjadi peluang yang sangat besar. Di hari kedua berada di Bangka pihaknya melakukan kegiatan turun kelapangan untuk mendapatkan respon langsung dari petani.
“BUMDes ini harus terus mencari peluang yang ada disekitarnya, jangan hanya menunggu. Karena dengan dana desa kurang lebih 1 milyar harus dapat menjadi instrumen untuk ekonomi. Dan saya berharap BUMDes ini akan selalu berkembang,” pungkasnya.